Sudah tiga tahun lamanya ShanHan pergi, sejak aku memintanya kembali ke rumah orang tua angkatnya yang tengah mencarinya sampai memasang foto ShanHan di media elektronik maupun selebaran, selama itu pula aku tak pernah sedikit pun mendengar kabarnya. Terakhir kali aku memintanya pergi, ia terlihat sangat marah dan kecewa. Aku ingat, ketika itu ia sempat memberiku pilihan yang sulit. Dia berkata bahwa, jika aku tetap memintanya pergi, maka ia tak akan pernah kembali lagi. Sekarang, aku mulai terfikir kembali dengan ucapannya itu, yang ia ucapkan sembari menahan amarah. Saat itu pula, ia memelukku sembari terus berkata “tolong jangan minta aku pergi dari hidupmu”. Aku hanya tak ingin egois, dengan manahannya terus di sisiku. Aku hanyalah orang asing yang baru di kenalnya selama 1 bulan, tepatnya saat aku menolong ia yang hendak bunuh diri di bukit tinggi dekat tampat tinggalku. Ia terlihat frustasi dan putus asa karena orang tua angkatnya yang tak pernah mau memperhatikannya, dan lagi ia mencintai seorang gadis bernama Mala, yang tak lain adalah anak kandung orang tua angkatnya. Sayangnya, cinta tulus ShanHan di tolak oleh Mala, bahkan Mala tak jarang meremehkan dan mengacuhkannya dengan sikap angkuh. Selama ia tinggal di perkampunganku, ia terlihat sangat berbeda. Di mataku, ShanHan adalah pria muda berbakat. Ia pandai bernyanyi, memainkan alat musik apapun dan ia juga pandai mengarang lagu. Satu lagu pernah ia buatkan untukku, sampai sekarang aku pun masih mengingatnya. Bahkan di sela-sela pengaharapanku tentangnya, aku sering menyanyikan lagu ciptaannya.
Hari ini aku bekerja seperti biasanya, aku mengantar susu segar dan surat kabar ke rumah-rumah penduduk. Aku mengayuh sepeda tuaku, dan mendatangi satu per satu rumah penduduk yang berlangganan susu dan surat kabar di tempat aku bekerja. Begitu aku menyelesaikan semua pekerjaanku, aku pun beristirahat di bangku taman sembari membaca surat kabar yang terbit hari itu. Satu per satu halamannya ku baca, sampai aku menemukan foto yang membuatku sangat terkejut.
“ShanHan??” ucapku tak yakin sembari memandangi foto yang terpampang di salah satu halaman surat kabar yang ada di tanganku. Dari wajahnya, ia begitu mirip dengan ShanHan, tapi nama yang terpampang diatasnya mulai membuatku ragu.
“Shine??” ucapku lagi pada diriku sendiri.
Aku baca seluruh berita yang tertulis disana, Shine adalah artis papan atas yang sedang naik daun saat ini. Aku baru melihatnya sekarang, karena di lingkungan tempat aku tinggal tak seorang pun yang memiliki televisi di rumahnya. Aku baru kali ini membaca surat kabar, dan aku menemukan wajah ShanHan terpampang sangat jelas di salah satu halamannya. Tapi, kenapa nama yang tertulis di atasnya adalah SHINE? Dalam hati aku yakin, dia ShanHan, hanya saja penampilannya yang berbeda. Di foto itu, ShanHan terlihat sangat berbeda ia bahkan terlihat lebih tampan dari saat aku mengenalnya tiga tahun silam. Di sela-sela kebimbanganku itu, temanku Keela berlarian dari jauh, sembari memanggil namaku.
“Chanee…!!!” teriak Keela dan aku pun menoleh.
Tak lama kemudian, Keela berdiri di hadapanku dengan nafas tersengal-sengal.
“ada apa Keela?” tanyaku khawatir melihatnya terburu-buru.
“ShanHan…(Keela mengatur nafasnya sejenak, dan aku menatapnya serius) ShanHan mau datang ke kota ini lagi. (jantungku mulai berdegup kencang) aku baru saja lihat beritanya di televisi. Artis papan atas yang bernama Shine itu, aku yakin adalah ShanHan.” Kata Keela yakin, lalu ia duduk di sampingku.
Aku terdiam dengan surat kabar di tanganku. Aku sungguh tak menyangka, Keela juga berpendapat sama sepertiku, bahwa artis bernama Shine itu adalah ShanHan. Entah aku harus bersikap bagaimana. Apa aku harus gembira, karena ia akan datang? Tapi bagaimana jika ShanHan dan Shine adalah dua orang yang berbeda? Shine adalah artis multi talenta, ia pandai berkating dengan segudang film sukes dan penghargaan actor terbaik. Belum lagi ia memiliki suara merdu dan pandai menari ala Michael Jackson. Sedangkan ShanHan yang aku kenal, ia hanya pria sederhana yang pandai memainkan alat musik, bernyanyi dan mengarang lagu. tapi kenapa seluruh penduduk di perkampungan kecil tempat aku tinggal, memiliki keyakinan bahwa Shine adalah ShanHan?
Hari kunjungan Shine ke kota kami pun tiba, aku yang selama beberapa hari ini tak dapat tidur hanya bisa menanti jawaban saat nanti aku bertemu dengan Shine. Semua penduduk pun menanti dengan antusias kedatangan Shine. Mereka berdiri di pinggir jalan sembari membawa spanduk ucapan selamat datang, serta ada beberapa fans wanita yang tak hentinya meneriakan nama Shine. Begitu mobil mewah yang mambawa Shine datang, mereka pun berteriak histeris. Aku dan Keela, hanya menunggunya di depan hotel tempat ia akan menginap. Jantungku berdetak tak karuan, entah apa yang akan terjadi.
“akhirnya, pangeranmu datang juga. Aku yakin, kau pasti sangat merindukan ShanHan. Melihat ShanHan yang dulu begitu menyayangimu, dia pasti akan langsung memelukmu begitu ia melihatmu di hadapannya. Saat itu, aku akan menyingkir dari kalian. Aku tidak mau mengganggu nostalgia kalian berdua. ” kata Keela sembari tersenyum bahagia. Sedangkan aku hanya terdiam dengan perasaan tak jelas.
Satu jam menunggu, akhirnya mobil Shine berhenti di depan hotel. Fans ShanHan yang sudah menanti lama pun langsung menyerbu dan ingin berfoto bersama. Melihat itu Keela menarik tanganku dan membawaku ke depan barisan. Begitu kami ada di barisan paling depan, Shine pun menatapku sejenak. Ketika itu seolah waktu berhenti, mataku berkaca-kaca sekuat tenaga aku menahan air mataku agar tidak terjatuh saat melihatnya. Dalam hati aku berharap, ia akan datang padaku dan memelukku seperti waktu itu. Tapi semua harapan itu sirna, begitu aku melihat tatapan dingin Shine terhadapku. Senyuman di bibirnya memudar begitu ia melihatku di hadapannya, ia bahkan menatap sinis dan berlalu begitu saja dari hadapanku. Seketika itu pula air mataku terjatuh, dan para fans Shine yang berdesakan itu pun akhirnya menabrakku hingga menjatuhkan aku ke tanah. Aku sungguh terkejut dengan sikapnya, ia seperti tak mengenalku. Ia bahkan menatapku sinis.
“apa benar dia ShanHan?” tanyaku dalam hati, serasa aku tak yakin ia adalah ShanHan yang dulu pernah ku kenal.
Saat melihatku terjatuh, Keela pun buru-buru menolongku.
“kau baik-baik saja Chanee? (aku mengangguk sembari menghapus air mataku) ayo berdiri.” Kata Keela sembari menolongku berdiri.
“kenapa ia jahat sekali? dengan melihatnya secara langsung seperti ini, aku jadi semakin yakin kalau dia ShanHan. Tapi…sikapnya itu…” Keela tak hentinya mengomentari sikap acuh Shine.
“sudahlah Keela.. dia adalah Shine, dia tidak ada waktu untuk melakukan sesuatu yang berlebihan. Tidak apa-apa.. kalau memang dia adalah ShanHan, dia pasti akan mencariku.” Kataku mencoba menegarkan hatiku.
Keesokan harinya, aku dengar kabar bahwa Shine akan menikah dengan tunangannya yang bernama Mala. Aku pun terkejut, aku semakin yakin bahwa ia adalah Mala putri kandung orang tua angkat ShanHan. Foto yang dulu pernah aku lihat di dompet ShanHan, sama persis dengan foto yang ada di surat kabar. Itu berarti benar, Shine adalah ShanHan. Tapi kenapa ia bersikap demikian padaku? Jika ia akan menikah dengan wanita impiannya dulu, aku pun tak keberatan. Tapi setidaknya, aku ingin melihat ia tersenyum padaku dan bicara padaku walau hanya sepatah kata.
Hari itu awan gelap menutupi cahaya matahari, hingga rintikan hujan pun turun. Aku berteduh di bawah pohon sembari menunggu hujan reda, lalu tanpa sengaja aku membaca pengumuman di salah satu halaman surat kabar kota yang terbuka karena tiupan angin. Hari ini akan Ada audisi penyanyi lokal sebagai pembuka acara konser Shine besok malam. Keinginanku untuk memastikan bahwa ia adalah ShanHan pun menumbuhkan rasa percaya diriku untuk ikut dalam audisi itu. Di tengah hujan yang mulai deras, aku mendatangi gedung tempat audisi itu diadakan. Disana terlihat banyak sekali pendaftar yang hadir, sedangkan aku mendapat giliran nomor terakhir. Ada sekitar seratus lima puluh orang penyanyi solo yang berantusias untuk membuka konser Shine besok malam. Mereka ingin memenangkan audisi itu agar mereka bisa lebih dekat dengan Shine. Sedangkan aku, hanya ingin memastikan ia ShanHan ku atau bukan.
Setelah beberapa jam berlalu, giliranku pun datang. Tanpa persiapan apapun dan penampilan apa adanya, aku naik ke atas panggung. Dari atas aku melihat para juri duduk di depanku, disana ada ketua tim EO yang mengadakan konser, menejer Shine yang bernama Kino dan yang terakhir duduk disana sembari menatapku dingin adalah Shine.
“kalian saja yang menilai, aku harus pergi sekarang.” Kata Shine sembari beranjak dari tempat duduknya begitu ia melilhatku berdiri di atas panggung.
“Shine, ini peserta terakhir. Aku mohon duduklah dan beri pendapat pada kami sekali lagi, setelah ini kau baru boleh pergi.” Pinta Kino pada Shine.
“maaf.” Kata Shine, lalu pergi begitu saja.
Saat Kino sibuk membujuk Shine untuk tetap berada disana, aku pun duduk di bangku piano dan mulai memainkan musik piano yang selama ini aku latih tiap kali aku di panggil untuk membersihkan gedung kesenian kota. Musik itu aku mainkan, dan aku pun mulai menyanyikan laguku tanpa mereka mempersilahkan aku lebih dulu. Begitu aku menyayikan bait pertama laguku, Shine menghentikan langkahnya dan tatapannya pun terpaku. Perlahan ia menoleh ke arahku. Saat aku melihatnya menghentikan langkah, lalu menatapku tajam, dalam hati aku yakin bahwa ia adalah ShanHan. Karena lagu yang sedang aku nyanyikan itu, adalah lagu ciptaannya.
Aku terus bernyanyi, sampai air mataku menetes mengingat semua kenangan antara aku dan ShanHan dulu. Tak lama setelah aku selesai menyanyikan laguku, Shine pun pergi. Entah apa yang ada dalam pikirannya ketika itu. Saat aku beranjak dari dudukku, aku melihat juri yang masih ada disana pun menatapku takjub. Mereka bertepuk tangan untukku sembari berdiri menyambutku diatas panggung.
“wow..suaramu begitu indah. Ini yang aku cari…”
“kau benar Kino, aku setuju dengan pendapatmu. Kami ingin kau tampil besok saat pembukaan konser, dan kami ingin kau menyanyikan lagu yang barusan kau nyanyikan. Apa itu karanganmu sendiri?” Tanya ketua tim dari EO itu.
“tidak, (aku teringat pada ShanHan) seseorang membuat lagu ini untukku.” Jawabku pelan.
“tidak masalah, yang penting besok kau bisa tampil dalam konser Shine, kan?” Tanya Kino.
“terima kasih sebelumnya, tapi maaf aku tidak bisa datang.” Jawabku yakin, lalu aku pergi.
Sikapku itu membuat mereka berdua bingung, tapi tujuanku ikut audisi hanya ingin melihat reaksi Shine ketika aku menyanyikan lagu itu. Hanya dengan cara seperti ini lah aku bisa bertemu dengannya secara langsung, dan sepertinya aku harus benar-benar menjauh dari kehidupan ShanHan, karena kini ia sudah memiliki kehidupan baru menjadi seorang superstar dan tak lama lagi ia akan menikahi wanita impiannya.
Aku pun kembali ke rumah dengan hujan deras yang mengguyur tubuhku hingga basah kuyup. Aku pun terus berpikir, apa ShanHan ingin menunjukan padaku arti dari pilihan sulit yang ia berikan padaku dulu?
“tubuhnya memang kembali, tapi hati ShanHan yang mencintaiku benar-benar sudah pergi.” Kataku dalam hati sembari mengingat ucapannya dulu.
Waktu konser Shine pun tiba, malam itu juga aku hendak pergi ke luar negri. Ya, beberapa waktu lalu aku mendapat beasiswa sekolah kesenian di London setelah aku memenangkan kejuaraan lukis nasional. Tadinya aku tak ingin berangkat kesana, aku hanya ingin menanti kepulangan ShanHan yang masih mencintaiku seperti aku mencintainya. Ternyata apa yang aku harapkan tidak terjadi, aku pun memutuskan untuk pergi dan membulatkan tekadku untuk melupakan ShanHan selamanya. Aku pun menunggu keberangkatan pesawat bersama beberapa pemenang lain yang juga mendapat beasiswa ke London. Mereka terlihat sangat antusias, tapi tidak denganku. Aku hanya duduk seorang diri sembari mendengarkan konser Shine yang sedang disiarkan secara langsung di televisi. Bahkan seluruh televisi di Bandara menayangkan konser Shine malam ini. Aku tak sanggup melihatnya, aku hanya mampu mendengar suaranya untuk terakhir kali. Sampai saat konser itu hampir berakhir, dan Shine hendak menyanyikan lagu terakhir.
“ini adalah lagu yang aku persembahkan untuk seseorang yang spesial, lagu terakhir untuk kalian semua karena ini adalah konser terakhirku. (aku terkejut, begitu pun semua orang) setelah malam ini, aku bukanlah Shine. Aku akan menjadi diriku yang dulu, yaitu ShanHan.” Kata Shine dengan mata berkaca-kaca sembari ia menatap ke kamera. Suara ricuh kecewa penonton pun makin membuat suasana menjadi kian haru bagiku. Karena mereka begitu mengidolakan Shine.
Tak lama kemudian, alunan musik yang tak asing bagiku pun aku dengar.
“Chanee, ini laguku untukmu. Aku selalu mencintaimu..” kata Shine lembut, lalu ia pun menyanyikan lagu yang ia ciptakan untukku. Lagu yang sama seperti yang ku nyanyikan waktu itu. Hatiku mendadak tergerak mendengar ucapannya, tiba-tiba kakiku berlari sekuat tenaga menuju tempat konser Shine berlangsung. Banyak suara di sekelilingku, tapi aku tak menghiraukannya. Aku terus berlari, sampai aku tiba disana dan menerobos masuk ke dalam. Melihatku berdiri diantara penonton, Shine pun mengahmpiriku.
“apa yang kau lakukan?” tanyaku sembari menahan air mata.
“maaf, aku sudah berusaha menepati janjiku untuk tidak kembali padamu, tapi aku tidak bisa. Aku masih mencintaimu sampai sekarang, beginilah caraku kembali agar kau tidak lagi mengusirku dalam kehidupanmu seperti dulu.” Kata Shine atau ShanHan sembari menitikan air mata.
“kau berhasil membuatku merasa kehilangan.” Kataku mencoba tegar di hadapannya. Ia memelukku erat dan penonton yang duduk di podium pun berdiri menyaksikan kami.
“tidak akan lagi, aku janji. Tapi aku mohon, jangan pernah memintaku pergi darimu lagi.” Pinta Shine tulus dan aku pun menganggukan kepala sembari menitikan air mata di pelukannya.
Saat itu juga para penonton yang hadir di konser Shine pun bertepuk tangan dengan meriah untuk kami. Demi kebahagiaan yang sudah lama aku nanti itu, aku rela melepaskan beasiswa ku ke London. Sejak hari itu, ShanHan kembali. Aku tetap memintanya menjadi artis agar penggemarnya tak kecewa, dan ia pun menurutiku. Tentang Mala, ia sengaja membesarkan berita pertunangannya itu agar aku makin di buat sedih. Sudah lama ShanHan menolak cinta Mala, ketika Mala mengungkapkan rasa cintanya pada ShanHan setahun lalu, karena ShanHan hanya ingin membuatku jera untuk tidak memintanya pergi lagi dari kehidupanku.